28.2.16

Jangan Terluka Terlalu Lama


Jangan terluka terlalu lama, itu akan meninggalkan lubang besar yang membuat dirimu akan hancur ditelannya. Lebih indah seperti dulu. Ya, semua menyenangkan, hangat layaknya pelukan Papa beruang pada anaknya yang mungil dan lugu. Pelukan hangat Papa beruang, sesuatu yang indah untuk dibayangkan, bulu tebal, dekapan lengan yang erat enggan melepaskan, begitu nyaman hingga anak beruang akan tertidur lelap dalam pelukan tersebut.

Ternyata bayangan itu sudah hampir sirna, mentari tidak lagi meneranginya. Lalu, bayangan itu pudar dan hilang perlahan. Ternyata kita tidak lagi sehangat dulu. Ternyata kita telah jauh. Ternyata aku hanya berangan-angan saat ini. 

Jangan terluka terlalu lama, tidakkah kau lelah? Aku saja yang sama sekali tidak menyimpan luka itu merasa lelah. Tidakkah kau lelah? Aku lelah. 

Aku di sini saja.



26.2.16

PS: For Myself


Pernahkan kamu merasa gagal dalam hidup? Bukan karena sesuatu yang besar, namun karena satu hal kecil yang tidak pernah sedikitpun kamu menyangkanya. Bukan hanya mengenai keinginan-keinginan besar yang tidak berhasil diraih, namun mengenai satu keinginan kecil namun pada kenyataannya sangat sulit meraihnya. Aku tidak ingin hanya menjadi beban. Aku ingin menjadi orang yang akan mengurangi beban itu. Walaupun seisi dunia mengatakan aku bukanlah beban, apakah aku bisa menerima lantas lupa diri?

“Hanya aku yang bisa menyadarkanku.” Kalimat yang akan memotivasi dan memacu semangat bagi diri sendiri. Bukan orang lain yang harus berjuang gigih demi keberhasilanku, bukan orang lain pula yang harus berdoa khusyuk demi memohon kebahagiaan untukku. Hanya aku yang bisa mewujudkan impianku sendiri, orang lain hanya dihadirkan sebagai sarana dan jalan menuju impian tersebut. Maka aku tidak boleh terlena akan kehadiran orang lain ! Hanya aku yang bisa menyadarkanku, aku yang akan menyelamatkanku, oleh karena itu aku tidak akan berhenti sampai di sini.

Aku tidak ingin hanya menjadi beban. Maka bahagiakanlah mereka yang telah membahagiakanmu dikala kamu hanya menjadi beban. Kurangi, dan hilangkan beban itu. Dimulai dari diri sendiri, dan akan menyebar kepada orang lain. Jangan bangga hanya menjadi beban. Banggalah saat kamu bisa mengurangi hingga menghilangkannya.

Takdir




Mengenai takdir, tidak pantas untuk menyangkal apapun yang sudah digariskan bagi setiap jiwa yang tercantum di naskahNya. Begitupun aku. Tidak pantas menyesali hingga menangisi takdir yang aku temui setiap hari. Aku hanya pantas bersyukur dan merasa bahagia akan itu. Pantaskah aku menolak hingga menyia-nyiakannya? Namun, pantas jugakah aku menikmatinya hingga aku lupa siapa, dan apa arti aku sebenarnya? 

Aku tidak ingin terlalu terlarut dalam takdir bahagiaku juga sedihku. Aku juga tidak ingin orang lain melakukan hal yang sama jika aku ada dalam takdirnya. Di sisi lain aku hanya ingin mengetahui apakah posisiku sama dalam setiap takdir orang yang kutemui? Aku ingin mengetahui apakah aku begitu diinginkan, dibenci, hanya disukai, atau aku tidak diinginkan sama sekali.
Lalu aku menyadari, setiap perbuatan yang aku lakukan, akan memantulkan perbuatan serupa kembali kepada diriku sendiri, bisa saja lebih, sesuai waktu dan takdir itu sendiri.  Untuk saat ini, tiada yang dapat aku lakukan kecuali menjalani takdirku sebaik mungkin, sesuai dengan keinginan dan perkataan hati kecilku. 

Jika caraku menjalani ini tidak sesuai dengan yang telah digariskan, aku yakin akan ada garis lain yang kutorehkan dihidupku menambah dan melengkapi garis lainnya hingga membentuk suatu yang lebih layak disebut “hidup”. Tetapi jika aku sudah berada di garis yang tepat, aku yakin aku tidak akan merusaknya.

FELLYCIOUS FOLLOWERS ♥