2.10.15

I Need You More Than You Know


Semakin sedikit waktu tersisa. Mengapa aku begitu takut sehingga waktu yang sebenarnya amat panjang ini terasa begitu singkat. Aku belum siap pergi, atau melepasmu pergi. Apakah kamu juga begitu? Ataukah hanya aku?

"I need you more than you know". Aku butuh kamu selamanya. Menemaniku mengurus segala macam kepentingan seperti yang sudah kita lakukan sebelumnya, menemaniku menghabiskan waktu luang tanpa melakukan satu hal apapun di luar rumah, kita habiskan hanya dengan bermain game atau menonton film yang kita download, menemaniku saat weekend, hangout, karaoke, atau hanya makan malam dan bercerita kesenangan kita sepanjang kisah ini. Menemaniku setiap hari, sibuk dan luang. Semuanya menyenangkan jika itu dengan kamu. Aku tegaskan lagi, semuanya menyenangkan. Bagaimana bisa aku tanpa kamu? 

"And sometimes you just have to forget about that person you once loved. And move on". Tapi aku harus bersiap pula jika suatu saat aku harus melepaskan ini. Aku tidak menyesal, namun hanya sedikit kecewa tentang kisah indah ini yang datang terlambat. Tidak dapat kupungkiri bahwa jarak mejadi momok yang amat menakutiku saat ini, mengganggu waktu tidur dan jagaku, memikirkan bagaimana seandainya kita tidak mampu menghadapi jarak itu. Tentu jarak akan berteriak gembira bersorak-sorai menertawakan kelemahan kita. Semoga kita tidak selemah itu menghadapinya. Semoga kita mendapatkan jawaban dan jalan keluar atas kisah ini, aku ingin sekali menutup kisah indah ini tetap dengan kamu. Semoga kamu juga.

I need you more than you know, HS.


16.9.15

Secangkir Kopi Hangat

Hari ini kamu seperti secangkir kopi hangat. Membuatku terbangun saat kantuk melanda, kafein mengguncang menimbulkan sensasi baru seolah aku tidak diizinkan lagi merasakan kantuk itu. Beratnya mata yang ingin terpejam dihalau oleh rasa lain yang menuntut untuk dipuaskan. Rasa lain yang sebenarnya aku tidak ingin merasakannya secara berlebihan. Seperti kopi, tidak akan bermanfaat lagi jika dicandui dengan cara yang salah, berlebihan.

Aku hanya penasaran, atau khawatir lebih tepatnya. Aku khawatir jika saja kita tidak bisa lagi senikmat dan sehangat kopi bagi penikmatnya. Karena, oleh dinginnya cuaca tidak akan menutup kemungkinan bahwa kopi itu akan ikut mendingin sedingin embun, atau bisa saja kopi itu menjadi sangat nikmat ditengah dinginnya cuaca itu, hangat. Maka tetaplah menjadi kopi hangatku, membuatku terjaga karena aku yang menginginkannya, membuatku bersemangat menyelesaikan persoalan yang menuntut untuk diselesaikan, membuatku menjadi lebih baik. 

Akan tetapi sepertinya aku keliru. Kamu lebih istimewa dibandingkan dengan secangkir kopi hangat. Kamu bisa membuatku terjaga sekaligus membuatku terlelap damai dan dalam. Kamu yang membuatku terjaga karena kekhawatiran akan kita. Serta merta kamu pula yang menyelamatkanku untuk menutup hariku dengan kasih sayangmu yang menyejukkan. Kamu penghancur dan pengobatku. Istimewanya kamu. 

Aku memilih mencanduimu, tidak dengan secangkir kopi hangat lagi. 



9.9.15

Senja Cintaku



Tidak akan mudah melepasmu. Apa aku harus? Aku tidak akan terbiasa, tidak akan pernah bisa. Dalam senja kau dan aku akan saling merindu namun terpisah keadaan. Biasakah kita seperti ini? untuk sementara waktu tentu saja bisa, berkepanjangan pasti saja tidak akan terbendung lagi. Aku hanya berharap bersama, tidak harus selalu indah walaupun sebenarnya sudah tercipta indah seperti ini.

Aku memimpikan titik temu yang akan menjadi penghubung dari bulir-bulir doa yang selama ini aku utarakan. Doa yang setiap hari kusebut, dimana-mana dan kapan saja sehingga tidak akan luput dari ingatan. Aku tahu pasti apa yang kuinginkan, yang Maha Mengetahui-pun tentu saja mendengarnya. Kepingan yang berserakan jauh harus disatukan dalam satu cawan yang akan menyatukan harapan, impian, dan doa. Aku menginginkan jalan keluar.

Ada apa dengan hatiku kini? Aku menjadi lemah. Lemah karena mencintaimu, lemah karena takut kehilanganmu, lemah karena aku tidak akan pernah sanggup tanpamu. Senja denganmu, akan berbeda dengan senja tanpamu. Aku seperti takut berjalan dalam gelap walaupun aku tahu kau tak akan melepaskan genggam. 

Salahkah harap ini? Kau sembuhkan hatiku, kau bahagiakan aku, tidak akan kulupakan semua ini. Jangan lepaskan genggammu, aku tidak akan menemukan genggaman sehangat ini. Beritahu aku bahwa aku tidak sendiri memiliki harap ini.

Aku tidak ingin melepasmu. Tidak akan mudah melepasmu. Apa aku harus?


6.9.15

Tuhan, Jogja & Kamu


Aku terlalu mencintai kota ini. Akhirnya aku menyadari dan merasakannya sendiri. Dulu pernah mencibir dan mengolok dalam hati orang-orang yang mengungkapkan kecintaan terhadap kota ini sementara mereka sudah tidak berada di sini lagi. Mereka terlalu mendramatisir, mereka tidak rasional, dan mereka hanya mencari perhatian, itulah yang terbersit saat melihat postingan teman atau alumni yang telah meninggalkan kota ini.

Ternyata karma menemukanku ! aku mendapati diri dalam keadaan yang sama persis tak ada bedanya. Aku tak ingin meninggalkan kota ini, aku terlalu mencintainya serta segala hal yang ada di dalamnya. Aku mencintai Jogja. Jogja kota pertama yang menjadi tujuanku untuk melanjutkan studi setelah SMA. Bukannya aku tak mencintai daerahku sendiri, namun aku merasa seolah ada magnet yang memanggilku untuk menempuh pendidikan di sini. Tuhan menyertaiku selalu. Aku berhasil menjadi mahasiswa di Universitas Gadjah Mada. Tidak hanya itu, tuhan selalu memudahkan segala urusanku dalam menyelesaikan studi di kota ini. Aku menyelesaikan studi selama 3 tahun dan 6 bulan.

Sekarang waktuku tidak lagi banyak untuk berada di sini. Tidak akan kusembunyikan kesedihan ini, tidak akan kututupi tangisku, aku tidak ingin meninggalkan Jogja. Aku terlalu mencintai Jogja.
Kamu bagian dari cinta itu. Kamu yang menyempurnakan kisahku di kota ini untuk beberapa waktu terakhir. Kamu membuat segala urusanku menjadi lebih ringan, kesedihanku menghilang, dan kebahagiaan selalu ada. Kamu bagian dari cerita indahku di Jogja. Yang kusayangkan, kenapa aku baru menyadari hal ini sekarang? Kenapa Tuhan baru saja memberikan kebahagiaan ini lalu seperti ingin menariknya kembali? Aku tidak akan melupakan kata-katamu “jangan sampai mencintaiku melebihi cintamu kepada Allah”. Ya aku mencintai Tuhanku teramat sangat. Mencintai Tuhan yang menciptakan kamu, kita, dan semua keindahan ini. Aku tidak akan menduakan cintaku untuk Tuhan karena Allah sangat mencemburui umatnya yang mencintai sesama umat manusia melebihi cinta kepadaNya.

Satu hal yang tidak dapat kupungkiri adalah cinta ini sangat besar adanya, aku tidak bisa menghalanginya tumbuh hari demi hari. Aku menahannya, namun seperti aku mematahkan pohon yang baru saja tumbuh subur, menyedihkan dan sia-sia. Tentu saja sia-sia karena akarnya sudah menancap kuat dan akan bertahan dengan manumbuhkan pohon yang lebih kuat. Aku mencintaimu. Aku mencintai Jogja. Aku mencintai Tuhan yang menciptakan semua ini. Jangan patahkan rasaku, aku sudah menanamnya dengan baik, tidak akan mudah mematikannya.

Jika tidak ada kamu, mungkinkah aku bisa meninggalkan kota ini tanpa keberatan? Tanpa kesedihan seperti ini? Atau kita adalah rasa yang tepat di waktu yang salah?

23.8.15

Cintai Diri

Takutkah kamu terhadap sebuah pengalaman baru?

Awalnya iya, tetapi sekarang aku dapat mengatakan “tidak” dengan yakin.

Awalnya aku merasa ini merupakan suatu hal yang akan berakhir sia-sia, menghabiskan waktu yang seharusnya bisa aku pergunakan untuk hal lain yang sebenarnya aku juga tidak dapat memastikan bagaimana akhirnya. Namun, kenyataannya aku memilih untuk memulainya. Sesuatu yang baru.
Tidak akan selamanya seseorang terpuruk dalam lubang hitam mengekang jiwa sehingga lupa menatap indahnya dunia, dunia baru yang seharusnya jauh lebih indah setelah luka itu ada. Awalnya aku merasa seperti titik hitam di kertas putih bersih. Seolah aku ini kecil tidak berharga dan tidak berarti apa-apa jika kertas tersebut telah bertuliskan huruf-huruf dirangkai membentuk kata dan kalimat yang indah. 

Aku titik hitam tidak berharga, dulu, saat bersama dengan sosok yang tidak menghargai titik itu.
Namun, sekarang aku merasa berbeda. Bahkan dengan hanya menjadi sebuah titik hitam, aku bisa menjadi penutup kalimat-kalimat indah pada kertas tersebut. Aku bisa menjadi penutup. 
Aku berharap ini akan menorehkan kembali segaris senyum di bibirku, bertahan lama, selamanya membuat aku lupa. Lupa sakitnya masa-masa yang pernah menelan sebagian besar hidup bebasku.
Aku kini tidak akan takut terhadap sebuah pengalaman baru. Aku akan mencoba lagi dan lagi.

Bahagiakanlah aku, Tuhan.

FELLYCIOUS FOLLOWERS ♥