Hari ini kamu seperti secangkir kopi hangat. Membuatku terbangun saat kantuk melanda, kafein mengguncang menimbulkan sensasi baru seolah aku tidak diizinkan lagi merasakan kantuk itu. Beratnya mata yang ingin terpejam dihalau oleh rasa lain yang menuntut untuk dipuaskan. Rasa lain yang sebenarnya aku tidak ingin merasakannya secara berlebihan. Seperti kopi, tidak akan bermanfaat lagi jika dicandui dengan cara yang salah, berlebihan.
Aku hanya penasaran, atau khawatir lebih tepatnya. Aku khawatir jika saja kita tidak bisa lagi senikmat dan sehangat kopi bagi penikmatnya. Karena, oleh dinginnya cuaca tidak akan menutup kemungkinan bahwa kopi itu akan ikut mendingin sedingin embun, atau bisa saja kopi itu menjadi sangat nikmat ditengah dinginnya cuaca itu, hangat. Maka tetaplah menjadi kopi hangatku, membuatku terjaga karena aku yang menginginkannya, membuatku bersemangat menyelesaikan persoalan yang menuntut untuk diselesaikan, membuatku menjadi lebih baik.
Aku hanya penasaran, atau khawatir lebih tepatnya. Aku khawatir jika saja kita tidak bisa lagi senikmat dan sehangat kopi bagi penikmatnya. Karena, oleh dinginnya cuaca tidak akan menutup kemungkinan bahwa kopi itu akan ikut mendingin sedingin embun, atau bisa saja kopi itu menjadi sangat nikmat ditengah dinginnya cuaca itu, hangat. Maka tetaplah menjadi kopi hangatku, membuatku terjaga karena aku yang menginginkannya, membuatku bersemangat menyelesaikan persoalan yang menuntut untuk diselesaikan, membuatku menjadi lebih baik.
Akan tetapi sepertinya aku keliru. Kamu lebih istimewa dibandingkan dengan secangkir kopi hangat. Kamu bisa membuatku terjaga sekaligus membuatku terlelap damai dan dalam. Kamu yang membuatku terjaga karena kekhawatiran akan kita. Serta merta kamu pula yang menyelamatkanku untuk menutup hariku dengan kasih sayangmu yang menyejukkan. Kamu penghancur dan pengobatku. Istimewanya kamu.
Aku memilih mencanduimu, tidak dengan secangkir kopi hangat lagi.
cool!! Love and coffee :)
BalasHapusThank You for your comment, Kevin !
BalasHapus