20.7.14

Asa..

Suatu saat kamu akan merasakan 
Mungkin belum saat ini tapi suatu hari nanti
Seperti merasakan kesedihan yang tidak tau apa penyebabnya, merasakan takut akan kehilangan hal yang tidak kamu tau apa yang akan hilang itu.
Salahkah aku akan rasa lelah yang kadang menghampiri? Atau lebih salah lagikah jika aku memelihara rasa takut kehilangan? 

Seperti ombak, kadang gagah besar menerjang karang. Kadang tenang seolah tak bergelombang. Terhempas perih perasaanku. Terhanyut sejuk keindahan. Berganti sesukanya mempermainkanku. Hanya air mata yang menjadikan aku kuat, lemah, tak sadarkan diri, bahkan tertawa sepuasnya karena aku meluapkan rasa ini melaluinya. Tidak berarti bagimu namun bagiku itu sebuah pencapaian luar biasa karena aku bisa sadar diri dan menjadi pribadi yang lebih kuat setelahnya. 

Naik turun aku, perasaanku, hidupku, inginku berbagi. Sekedar cerita singkat penghantar tidur atau selingan sibukmu. Namun apakah ini terabaikan? Atau mungkin aku terlalu berlebihan mengharapkan penampung muntahan aspirasi otak dan luapan perasaan ini. Tidak hanya sesekali meratapi, berulang dan mungkin saja akan terus berlanjut. Bukan mencoba menjadi peramal masa depan, hanya mencoba sedikit peka dan realistis. Kita bukanlah lahir kemarin, kita bukanlah sebentar, kita sudah bisa dan biasa mengenal kita. 

Aku ingin keinginan baik ini tercapai. Ingin keinginan ini menjadi tujuan. 
Tuhan menjadi harapan doa ini, akan selalu menjadi tempat mengutarakannya, selamanya.

26.6.14

Doa

Ya Allah...
Kesedihan seakan tidak ingin meninggalkan hatiku akhir-akhir ini
Apakah aku lalai dalam mengingatmu sehingga aku diuji seperti ini?
Ampuni aku ya Allah...

Apakah orang yang namanya selalu ku sebut dalam doaku akan menjadi orang yang juga menyebutku dalam doanya ya Allah?
Selalu dari dahulu hingga saat ini, hati dan rindu jiwa ini selalu dan akan terus menjadi miliknya..
Aku tidak lagi kuat menahan tiap tetes yang mengalir di pipi jika mengingat semua kesakitan ini. Kesakitan yang tidak bisa dilupakan seperti hujan menghapus jejak kotoran di tanah dengan mudahnya...
Bukanku tidak ingin melupakan ya Allah, apakah Engkau yang berkehendak sehingga aku seperti ini? Bantu hamba ya Rabb ya Rahman... Angkat kesedihan ini sedikit demi sedikit hingga tidak lagi terasa menggigit saat kesendirian.. Agar tidak lagi menganga lebar saat terjadi kesalah pahaman kecil.

Aku tidak bisa pergi.
Aku yakin ini juga Engkau yang mengatur sehingga tak pernah sanggup untuk pergi...
Dengan begini, apakah aku tidak mengalami kesedihan? Apakah Engkau ingin aku belajar memahami sesuatu yang hingga saat ini belum aku temukan ya Allah
Ya Allah Tuhanku yang Maha segalanya, jika aku sedang berada di jalan pilihanMu..
Jangan tinggalkan aku ya Allah..
Selalulah bersamaku dan bimbing aku untuk belajar memahami kerumitan yang menyakitkan..
Aku tidak akan sanggup jika menjalani ini sendirian..
Dan jika hamba boleh memohon lagi, seimbangkanlah perasaan sedih dan bahagia kami ya Allah.. Jika aku merasakan, hendaknya orang terpilih itu juga memiliki ragam rasa yang sama.. Dengan begitu bisakah kata adil itu diwujudkan?
Ya allah ya Tuhanku, jika masih deperkenankan bertemu dengan Ramadhanmu, maka inilah doa yang akan selalu hamba haturkan kepadaMu..
Semoga diijabah dan diperkenankan
Aamiin yaa rabbalalamiin 😇

28.5.14

Maaf

Hanya dengan meminta maaf. Seperti biasanya, maaf hanya menjadi kata yang tidak berarti. Maaf seperti senang bertemu dengan kita belakangan ini. Tapi tidak memberikan perubahan. Kali ini aku seperti dibelenggu perasaan dengki. Saat telepon berdering aku bahkan seolah tak mendengarnya. Aku meneruskan membaca cerita pembunuhan yang menurutku jauh lebih menarik. Lalu telepon berdering untuk kesekilan kalinya. Aku membantingnya dan akhirnya tidak bersuara sama sekali. Itu lebih baik. Aku tidak ingin diganggu oleh maafmu hari ini. Mungkin besok, atau seterusnya aku akan menolak. 

Pintu rumahku diketuk. Aku tidak ingin membukanya karena aku tahu itu kau. Pintu pun berdecit dibuka, aku sadar ternyata telah membiarkannya tidak terkunci. Aku lanjutkan saja membaca cerita pembunuhan. Kau meminta maaf. Aku tak mendengarkan. Kau memegang  tanganku. Aku tidak peduli. Kau meminta maaf lagi, aku semakin tak peduli lalu pergi. Kau menarikku. Apa aku harus menamparmu? Harusnya kau sadar. Aku tidak ingin lagi memberi maaf. Maaf tidak akan selamanya bisa kau wacanakan. Maaf karena aku tidak bisa memaafkanmu. Maaf, kau sekarang seorang yang telah murtad. 

20.5.14

INSOM(onster)NIA

Setiap hari seperti ini aku bisa mati. Ke sana ke mari mencari pengobat, agar bisa berubah. Aku lelah juga, tetapi ini harus segera disembuhkan. Jika tidak akan semakin memburuk dan ya itu tadi, aku bisa mati. Bukan sekarang, tetapi sepuluh tahun atau duapuluh tahun yang akan datang. Aku tidak akan produktiv. Percayalah, kalian juga akan begitu jika sepertiku. Bisa dikatakan setiap hari aku seperti ini. Menderita sih sudah jelas. Tetapi ini juga tidak mungkin menghentikan rutinitasku. Menurut temanku yang seorang dokter ini seperti gangguan jiwa ringan. Apa??! Tidak mungkin. Jika benar begitu, tidak lama lagi aku akan gila? Menurutku ini bukan lelucon.

Setahun belakangan aku tidak pernah merasakan tidur yang nikmat. Tidak pernah merasakan tidur yang benar-benar tidur. Sial sekali. Padahal masalahku tidak banyak. Tapi mungkin aku tidak menyadari jika aku memiliki masalah batin. Setelah selesai bekerja atau berkegiatan siang hari tentu akan terasa sempurna jika kita menikmati tidur siang. Sementara aku tidak pernah merasakannya. Aku menghindari itu agar aku bisa tidur pulas malam hari. Tapi mengapa hasilnya tetap seperti ini? Aku masih saja belum bisa merasakan tidur yang benar-benar tidur. Menyedihkan.

Pernah seorang teman menyarankan agar aku mengonsumsi obat tidur. Hahaha. Itu tidak berpengaruh sama sekali. Berolahraga, ya memang aku coba dan ternyata hasilnya juga mengecewakan, aku berhasil tidur sebentar dan terbangun tengah malam sampai pagi. Jika setiap hari aku seperti ini aku bisa mati. Ini bukan lelucon. Menyedihkan.

🎀 All Of Me 🎀

What would I do without your smart mouth
Drawing me in, and you kicking me out
Got my head spinning, no kidding, I can’t pin you down
What’s going on in that beautiful mind
I’m on your magical mystery ride
And I’m so dizzy, don’t know what hit me, but I’ll be alright

My head’s under water
But I’m breathing fine
You’re crazy and I’m out of my mind

'Cause all of me
Loves all of you
Love your curves and all your edges
All your perfect imperfections
Give your all to me
I’ll give my all to you
You’re my end and my beginning
Even when I lose I’m winning
'Cause I give you all, all of me
And you give me all, all of you

How many times do I have to tell you
Even when you’re crying you’re beautiful too
The world is beating you down, I’m around through every move
You’re my downfall, you’re my muse
My worst distraction, my rhythm and blues
I can’t stop singing, it’s ringing, in my head for you

My head’s under water
But I’m breathing fine
You’re crazy and I’m out of my mind

'Cause all of me
Loves all of you
Love your curves and all your edges
All your perfect imperfections
Give your all to me
I’ll give my all to you
You’re my end and my beginning
Even when I lose I’m winning
'Cause I give you all of me
And you give me all, all of you
Give me all of you

Cards on the table, we’re both showing hearts
Risking it all, though it’s hard

'Cause all of me
Loves all of you
Love your curves and all your edges
All your perfect imperfections
Give your all to me
I’ll give my all to you
You’re my end and my beginning
Even when I lose I’m winning
'Cause I give you all of me
And you give me all of you

I give you all, all of me
And you give me all, all of you

By : John Legend 

14.5.14

EGOIS


Selalu mementingkan diri. Menolak mempertimbangkan kesakitanku bahkan siapa saja. Kau pikir berbuat seperti itu dapat menonjolkan karaktermu. Sang penggigit, menanamkan bisa perih ngilu di tubuh lawanmu. Seperti peluru yang bersiap lepas dari senjata api. Kau menganggap dirimu gagah. Bisa menembus tubuh lawan hingga tercabik-cabik lemah. Bahkan mati. Setiap kali aku berusaha memberitahumu, aku kau makan. Tidaklah baik menganggap diri seorang raja. Terlebih lagi raja jahannam. Aku merasa tuhan belum menegurmu sehebat-hebatnya.
Setelah selama ini aku berjalan beriringan denganmu. Aku tidak melihat ada perbedaan. Kau masih sama, berbisa dan menggigit. Tidakkah hidup memberimu ilmu atau sekedar mengajarkan pengalaman. Pahit manis aku rasakan. Bukankah semua orang begitu? Tapi kau tidak. Kau seperti tak mempan saat dijamah pedih. Tapi mungkin saja kau kebal akan hal itu. Kini aku tidak tahu bagaimana cara untuk memberikanmu sedikit jenuh agar kau jera. Aku tidak pernah lagi diberi rasa. Aku pergi.

Tahu Petis


Pertama kali melihatnya aku jijik. Hitam, kental, dan berbau aneh. Tidak pernah menemui yang seperti itu di daerah asalku. Aku ditawari oleh temanku untuk mencobanya. Aku hanya meringis, menolak. Aku tidak suka sesuatu yang terlihat asing bagiku. Selain itu mereka menjajakannya di pinggir jalan alun-alun. Tempat pertama kali aku melihatnya. Tapi mengapa banyak orang yang tertarik? Aku semakin heran. Apakah itu bersih? Apakah itu terlalu enak? Hanya mereka yang  tahu bagaimana rasanya.
Temanku menawari lagi, aku mulai tergoda. Mencoba sedikit sepertinya tidak apa-apa. Ragu-ragu aku mengambilnya, melihat dengan seksama, mencium baunya, lalu mulai menjilatnya sedikit. Sedikit lagi, lalu memasukkan ke mulut, dan tiada ampun lagi aku mengunyahnya. Air mukaku berubah. Ternyata tidak seburuk yang aku bayangkan, enak.
Seolah mengerti yang ada dipikiranku, temanku menawari lagi dan lagi. Tidak menolak, aku habiskan tanpa bersisa. Malam itu sangat berkesan. Sampai saat ini aku masih ingat, rasanya enak sekali. Di sini, belum pernah aku temui. Jujur aku ingin mencobanya lagi. Kata temanku makanan itu disebut tahu petis.

FELLYCIOUS FOLLOWERS ♥