6.9.15

Tuhan, Jogja & Kamu


Aku terlalu mencintai kota ini. Akhirnya aku menyadari dan merasakannya sendiri. Dulu pernah mencibir dan mengolok dalam hati orang-orang yang mengungkapkan kecintaan terhadap kota ini sementara mereka sudah tidak berada di sini lagi. Mereka terlalu mendramatisir, mereka tidak rasional, dan mereka hanya mencari perhatian, itulah yang terbersit saat melihat postingan teman atau alumni yang telah meninggalkan kota ini.

Ternyata karma menemukanku ! aku mendapati diri dalam keadaan yang sama persis tak ada bedanya. Aku tak ingin meninggalkan kota ini, aku terlalu mencintainya serta segala hal yang ada di dalamnya. Aku mencintai Jogja. Jogja kota pertama yang menjadi tujuanku untuk melanjutkan studi setelah SMA. Bukannya aku tak mencintai daerahku sendiri, namun aku merasa seolah ada magnet yang memanggilku untuk menempuh pendidikan di sini. Tuhan menyertaiku selalu. Aku berhasil menjadi mahasiswa di Universitas Gadjah Mada. Tidak hanya itu, tuhan selalu memudahkan segala urusanku dalam menyelesaikan studi di kota ini. Aku menyelesaikan studi selama 3 tahun dan 6 bulan.

Sekarang waktuku tidak lagi banyak untuk berada di sini. Tidak akan kusembunyikan kesedihan ini, tidak akan kututupi tangisku, aku tidak ingin meninggalkan Jogja. Aku terlalu mencintai Jogja.
Kamu bagian dari cinta itu. Kamu yang menyempurnakan kisahku di kota ini untuk beberapa waktu terakhir. Kamu membuat segala urusanku menjadi lebih ringan, kesedihanku menghilang, dan kebahagiaan selalu ada. Kamu bagian dari cerita indahku di Jogja. Yang kusayangkan, kenapa aku baru menyadari hal ini sekarang? Kenapa Tuhan baru saja memberikan kebahagiaan ini lalu seperti ingin menariknya kembali? Aku tidak akan melupakan kata-katamu “jangan sampai mencintaiku melebihi cintamu kepada Allah”. Ya aku mencintai Tuhanku teramat sangat. Mencintai Tuhan yang menciptakan kamu, kita, dan semua keindahan ini. Aku tidak akan menduakan cintaku untuk Tuhan karena Allah sangat mencemburui umatnya yang mencintai sesama umat manusia melebihi cinta kepadaNya.

Satu hal yang tidak dapat kupungkiri adalah cinta ini sangat besar adanya, aku tidak bisa menghalanginya tumbuh hari demi hari. Aku menahannya, namun seperti aku mematahkan pohon yang baru saja tumbuh subur, menyedihkan dan sia-sia. Tentu saja sia-sia karena akarnya sudah menancap kuat dan akan bertahan dengan manumbuhkan pohon yang lebih kuat. Aku mencintaimu. Aku mencintai Jogja. Aku mencintai Tuhan yang menciptakan semua ini. Jangan patahkan rasaku, aku sudah menanamnya dengan baik, tidak akan mudah mematikannya.

Jika tidak ada kamu, mungkinkah aku bisa meninggalkan kota ini tanpa keberatan? Tanpa kesedihan seperti ini? Atau kita adalah rasa yang tepat di waktu yang salah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FELLYCIOUS FOLLOWERS ♥