28.5.14

Maaf

Hanya dengan meminta maaf. Seperti biasanya, maaf hanya menjadi kata yang tidak berarti. Maaf seperti senang bertemu dengan kita belakangan ini. Tapi tidak memberikan perubahan. Kali ini aku seperti dibelenggu perasaan dengki. Saat telepon berdering aku bahkan seolah tak mendengarnya. Aku meneruskan membaca cerita pembunuhan yang menurutku jauh lebih menarik. Lalu telepon berdering untuk kesekilan kalinya. Aku membantingnya dan akhirnya tidak bersuara sama sekali. Itu lebih baik. Aku tidak ingin diganggu oleh maafmu hari ini. Mungkin besok, atau seterusnya aku akan menolak. 

Pintu rumahku diketuk. Aku tidak ingin membukanya karena aku tahu itu kau. Pintu pun berdecit dibuka, aku sadar ternyata telah membiarkannya tidak terkunci. Aku lanjutkan saja membaca cerita pembunuhan. Kau meminta maaf. Aku tak mendengarkan. Kau memegang  tanganku. Aku tidak peduli. Kau meminta maaf lagi, aku semakin tak peduli lalu pergi. Kau menarikku. Apa aku harus menamparmu? Harusnya kau sadar. Aku tidak ingin lagi memberi maaf. Maaf tidak akan selamanya bisa kau wacanakan. Maaf karena aku tidak bisa memaafkanmu. Maaf, kau sekarang seorang yang telah murtad. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FELLYCIOUS FOLLOWERS ♥